Lanjut ke konten

PEDHET

24 Oktober 2010

Raihanatul Faidah

Alkisah seekor kerbau dan seekor sapi bercakap-cakap. Kerbau menyatakan kecemasannya, makin lama manusia makin tidak membutuhkan jasanya. Sudah sejak lama lapangan kerja bagi kerbau menyusut menyusul adanya traktor kecil yang digunakan manusia untuk mengolah tanahnya. Lalu areal sawah juga terus menyusut karena dialihfungsikan menjadi lahan pemukiman penduduk, perumahan mewah ataupun lahan industri.

“Kan kerbau masih difungsikan untuk menarik pedati”, kata sapi

“Ah pedatipun makin langka, manusia banyak beralih ke Colt buntung,” jawab kerbau

Kita tidak akan memperpanjang dialog perbincangan antara kerbau dan sapi karena dialog itu hanya imaginer saja. Ya kerbau mungkin sangat iri kepada sapi yang tetap diperlukan oleh manusia. Bahkan boleh jadi akan semakin diperlukan sebab semakin banyak wanita yang mau beranak tapi enggan untuk menyusui sendiri. Sebagian mereka (wanita) menganggap menyusui dengan ASI adalah sesuatu yang kuno, yang modern adalah menyusui dengan pengganti ASI yaitu susu sapi yang sudah diolah menjadi susu bubuk instant.

Alasan lain mungkin sebagian wanita kuatir kalau menyusui bayinya dengan ASI nanti akan memperngaruhi keindahan payudaranya. Waaaaah… padahal dari nguping penyuluhan di Posyandu kata bu bidan ASI itu bagus sekali untuk anak-anak. Terutama yang keluar di awal-awal masa laktasi sangat baik untuk daya kekebalan bayi menghadapi penyakit, katanya mengandung collostrum apa apa lah saya gak begitu jelas.

Disamping itu kata psikolog, dengan menyusui maka akan terjalin ikatan yang erat antara ibu dan bayinya. Anak merasa aman dan nyaman dalam dekapan kasih sayang dan kelembutan belaian ibunya. Hal ini akan berdampak positif bagi perkembangan jiwa anak di kemudian hari. Lain kalau dengan susu instant, menyusunya dengan dot, yang memberikan pun barangkali babby siternya, sangat jarang baby sitter yang jiwa kasih sayangnya sama dengan kasih sayang seorang ibu kandung dengan anaknya sendiri. Umumnya baby sitter bekerja mencari gaji, jadi seolah tiada ikatan batin antara dia dengan bayi yang “disusuinya”.

Sunnatullahnya yang menyusu pada sapi adalah anaknya sapi, orang jawa menyebutnya “pedhet”. Tapi terlalu kejam lah kalau kita menyamakan anak yang diberi susu bubuk instant sapi itu semata sama dengan “pedhet”. Lagian kalau itu terjadi saya khawatir pedhet-pedhet akan unjuk rasa memprotes manusia, terutama kaum wanitanya karena posisi mereka sebagai anak sapi diganti oleh anak-anak manusia he he he.

Mungkin jalan tengahnya adalah ibu-ibu tetaplah menyusui anak dengan ASI nya yang ekslusif itu, toh kata dokter dan bidan rumah sakit modalnya murah dan bergizi tinggi, Ngek….Jel begitu slogannya. Kalau orang tua bekerja maka tenggang waktu sementara ibunya belum pulang bayi itu bolehlah dikasih susu sambung sekedar menanti ibunya pulang…

Nah ibu-ibu atau calon ibu-ibu tegakah anak-anak kalian menggantikan posisi pedhet dengan cara sepanjang waktu hanya disusui dengan susu bubuk sapi instant?

From → Hiburan

One Comment
  1. spenduso permalink

    Pedet sapa ????

Tinggalkan Balasan ke spenduso Batalkan balasan